Selasa, 04 Maret 2008

Geredja-geredja di Sumatra

Pada abad ke-19 barulah Indjil itu diberitakan di Sumatra. Memang di Padang, dipantai sebelah barat sudah ada satu djemaat Kristen, jang terdiri dari pegawai-pegawai VOC, sedjak tahun 1679. Akan tetapi tidak pernah Indjil itu disebarkan kepada penduduk-penduduk asli didaerah itu. Baru pada saat pemerintahan Inggris jang berlangsung didaerah itu, mulai 1811 sampai 1825 usaha Pekabaran Indjil terlaksanalah untuk pertama kalinja.

Raffles jang memberikan izin untuk pertama kalinja kepada para pekabar Indjil di Djakarta, dialah djuga jang memungkinkan beberapa pekabar Indjil bekerdja di Sumatra Barat. Pada tahun 1820 tiga pekabar Indjil dari perhimpunan pekabar Indjil Baptis di Inggris memasuki daerah-daerah itu. Mereka adalah Ward jang pergi ke Bengkulu, Evans ke Padang dan Burton ke Sibolga. Jang terachir ini mempeladjari bahasa Batak Toba, malahan dia mentjoba djuga untuk menterdjemahkan fasal I dari Alkitab. Ia menjadari bahwa usaha Pekabaran Indjil di Sumatra mustahil akan berakar didalam suku-suku Sumatra, bilamana usaha itu dilaksanakan di-daerah-daerah pantai sadja.

Di-daerah-daerah pantai itu besarlah sekali pengaruh-pengaruh dari pihak Islam atas suku-suku jang masih dalam kekafiran. Oleh karena itu Burton beserta dengan Ward memutuskan untuk masuk kepedalaman. Pada tahun 1824 mereka itu sampai ke Silindung, jaitu daerah pedalaman jang diduduki oleh suku Batak Toba. Meskipun disambut dengan baik namun kedua perintis itu pulang dengan tiada memperoleh hasil apapun dari pemberitaan Indjil jang untuk pertama kalinja dilakukan diantara suku Batak itu.

Lagi pula pada waktu itu berobahlah sudah keadaan politik. Di Sumatra Barat pemerintah Inggris diganti lagi dengan pemerintahan Belanda. Berhubung dengan peristiwa itu berachir pulalah usaha Pekabaran Indjil dari pihak Inggris di Sumatra. Akan tetapi pada pihak lain, Sumatra mendapat perhatian dari perhimpunan Pekabaran Indjil Belanda sedjak waktu itu.

Sudah pada tahun 1826, NZG mengutus seorang pekabar Indjil untuk menjebarkan Indjil di Sumatra, jaitu Gützlaff. Tetapi disebabkan berkobarnja perang Bondjol di Sumatra Tengah, maka mustahil Gützlaff dapat bertolak kesitu. Iapun tinggallah di Djakarta lalu mentjurahkan segala perhatiannja kepada usaha pekabaran Indjil diantara masjarakat Tionghoa. Dikemudian hari dialah jang mendjadi perintis jang utama dalam usaha pekabaran Indjil di Tiongkok.

Orang-orang Baptis Amerika (Boston) melakukan suatu pertjobaan lagi untuk membawa Indjil kepedalaman itu. Pada tahun 1834 dua pekabar Indjil jaitu Munson dan Lyman berangkat dari Sibolga kepedalaman jang sudah dikundjungi oleh Ward dan Burton lebih dahulu. Mereka mendjadi korban-korban dari keganasan suku-suku kafir itu jang membunuh serta memakan mereka. Peristiwa itu terdjadi di Lobu Pining, 20 km djauhnja dari Silindung, tempat mana Geredja Batak mendirikan satu batu peringatan 75 tahun kemudian.

Pada batu itu tertulis ungkapan Augustinus: “Darah para martir merupakan bibit Geredja.” Kebenaran ungkapan itu terbukti didalam Geredja tersebut. Pertjobaan jang lain dari pihak Baptis Amerika dimulai didaerah Batak sebelah selatan pada tahun 1837. Tetapi perintis pekabaran Indjil itu, Ennis namanja mengalami kegagalan oleh karena penjakit jang menimpanja. Makin lama makin matanglah saat untuk mengkristenkan pedalaman Sumatra itu. Kita ingat beberapa faktor jang mendjadikan keadaan disitu baru.

Peperangan Bondjol sudah berachir. Imam Bondjol bukannja sadja berusaha untuk mengusir pemerintah Belanda dari daerahnja jaitu Minangkabau, melainkan tentaranja melakukan djuga perampokan untuk menindas suku-suku kafir jang diam didaerah sebelah utara Minangkabau. Mereka sering mengadakan serangan-serangan sampai kedaerah Angkola, malahan sampai ke Silindung dan Toba sampai melakukan rampasan-rampasan, menangkap orang-orang untuk diperhambakan dan mengislamkan mereka dengan paksaan.

Djelaslah bahwa ber-puluh-puluh tahun kemudian penduduk-penduduk daerah Batak masih ketakutan, djikalau mereka mengenangkan peristiwa-peristiwa jang dahsjat dari “perang Bondjol” itu atau dengan sebutan lain “perang padri”. Akan tetapi sesudah mentjapai kemenangan, maka pemerintah Belanda memelihara keamanan serta ketertiban didaerah itu, termasuk Tapanuli Selatan (Daerah mandailing dan Angkola), sehingga mungkin disitu usaha Pekabaran Indjil dapat didjalankan.

Keadaan jang damai itu memberi kesempatan untuk menjelidiki pedalaman Sumatra untuk pertama kali. Seorang ahli, jaitu Dr. Junghuhn jang berkebangsaan Djerman ditugaskan untuk mengadakan ekspedisi penjelidikan kepedalaman itu. Bukunja mengenai “Daerah Batak di Sumatra” membuktikan hasil penjelidikannja itu.

Disebabkan pengetahuan jang baru itu maka Lembaga Alkitab Belanda mengutus seorang ahli bahasa, Neubronner van der Tuuk, kesitu, dengan tugas untuk menjelidiki bahasa Batak serta menterdjemahkan Alkitab kedalam bahasa itu. Van der Tuuk menetap di Barus, dipantai barat. Keahliannja demikian rupa sehingga ia menghasilkan beberapa buku penjelidikan mengenai bahasa Batak serta menterdjemahkan sebuah kamus dan beberapa fasal Perdjandjian Lama.

Buku-buku itu diterbitkan oleh Lembaga Alkitab Belanda. Mengenai kesempatan untuk menjebarkan Indjil didaerah Batak, maka adalah nasehat jang berbunji sebagai berikut: “Tidak ada harapan untuk beroleh hasil diantara penduduk-penduduk Angkola dan Mandailing. Dalam djumlah jang besar mereka sedang masuk Islam, sebagaimana halnja pada hampir segala orang Batak jang telah ada dibawah pemerintah (Balanda). Untuk memadjukan kekristenan, maka perlulah dilaksanakan tindakan jang tegas. Sedjarah pekabar Indjil harus ditempatkan disuatu daerah tertentu. Djika tidak menempuh djalan itu, maka menurut hemat saja seluruh masjarakat sudah diislamkan, sebelum kita menjadarinja. Biasanja dengan masuknja gubernemen maka bahasa Melaju turut masuk djuga, dan lagi pula terdapat sedjumlah orang-orang Melaju jang bertudjuan untuk mengislamkan mereka itu.”

Pada satu pihak bolehlah dikatakan bahwa oleh karena hal-hal jang disebut diatas sudah tibalah kesempatan untuk mendjalankan Pekabaran Indjil kedaerah itu. Pada pihak lain kita melihat beberapa golongan Pekabaran Indjil jang bersedia untuk melakukannja.

Pada tahun 1850 muntjullah suatu gerakan rohani di Ermelo (lih. djuga hlm 186) jaitu sebuah kota ketjil di Belanda. Djemaat-djemaat petani itu merasa terdorong untuk mewudjudkan kesaksiannja dengan kuat sekali. Hampir serupa dengan gerakan persaudaraan Moravi 150 tahun lebih dahulu maka pada gerakan ini tampaklah tjiri-tjiri hidup jang baru itu. Diantaranja para pekabar Indjil jang pertama kalinja diutus oleh djemaat Ermelo adalah G. van Asselt, jang ditahbiskan pada tahun 1856 dan tiba di Padang pada bulan Desember tahun tersebut. Akan tetapi ia tidak menuruti nasihat Van der Tuuk tadi untuk menjingkiri daerah-daerah jang sudah dipengaruhi oleh Islam.

Gubernur Sumatra Barat mempekerdjakannja padaa perkebunan kopi dari pemerintah di Angkola; disamping itu ada kesempatan baginja untuk melakukan pekabaran Indjil disitu. Van Asselt menetap di Sipirok jang mendjadi batu lontjatan bagi usaha pekabaran Indjil diantara suku-suku Batak. Dua tahun kemudian tibalah beberapa pekabar Indjil lagi dari Ermelo, seorang untuk Sibolga, sedangkan jang lain menetap disekitar Siporak djuga. Mereka mendapat sokongan pula dari “Perhimpunan untuk Pekabaran Indjil didalam dan diluar Geredja” Djakarta. Tetapi sokongan itu makin lama makin berkurang, sehingga pada tahun 1864 “Komite Djawa” (lih. hlm. 204) memelihara sebagian pekerdjaan mereka, dan hal itu berlangsung sampai tahun 1931, waktu mana djemaat Batak jang dimuntjulkan oleh “Komite Djawa” dipersatukan dengan HKBP.

Peristiwa jang menjebabkan terdjadinja sedjarah pengkristenan suku-suku Batak, ialah keputusan jang diambil oelh “Rheinische Missionsgesellschaft” (RMG) untuk menjebarkan Indjil disitu. Sudah 25 tahun lamanja RMG bekerdja di Kalimantan Selatan (lih. hlm. 146) Tetapi pemberontakan tahun 1859 sangat merugikan usahanja didaerah itu malahan pemeritah melarang Pekabaran Indjil masuk kepedalaman Kalimantan oleh karena peristiwa jang dahsjat itu. Akibatnja ialah bahwa RMG mentjari bidang pekabaran Indjil jang lain.

Bagaimanakah mulanja sehingga RMG tertarik oleh Sumatra? Bolehlah dikatakan bahwa setjara kebetulan telah terdjadi suatu peristiwa jang tiada berarti apa-apa, namun akibatnja sangatlah luas. Pada perkundjungannja ke Belanda untuk membitjarakan hal-hal mengenai pekabaran Indjil di Indonesia, maka ketua RMG setjara kebetulan melihat buku-buku Neubronner van der Tuuk jang baru diterbitkan. Hal itu dianggap olehnja sebagai petundjuk dari Tuhan sendiri. Bukankah suku-suku Batak itu sudah siap untuk dikerdjakan oleh para pekabar Indjil? Bahasanja sudah selesai diselidiki, adat istiadatnja sudah diketahui; sudah pula diakui bahwa Indjil itu perlu dibawa keantara mereka supaja suku itu sudah dikristenkan sebelum Islam berpengaruh disana. Dengan tjepatnja RMG mengambil keputusan untuk mengutus dengan segera para pekabar Indjil jang telah menganggur di Kalimantan ke Sumatra.

Pula diberangkatkan dari Djerman para pekabar Indjil jang baru! Termasuk djuga diantaranja seorang pekabar Indjil Belanda jang sudah dipekerdjakan disitu. Pada tanggal 7 Oktober 1861 maka ke-4 pekabar Indjil itu sudah dapat mengadakan konperensi jang pertama di Sipirok untuk merentjanakan pekerdjaan bersama. Tanggal ini kemudian ditetapkan oleh HKBP sebagai tanggal kelahirannja. Menurut pendapat kami, sebaiknja, tanggal 31 Maret 1861 didjadikan tanggal lahirnja Geredja. Sebab pada hari itulah dilakukan baptisan jang pertama. Baptisan jang pertama ini dilakukan terhadap 2 orang Batak di Sipirok.

Sedjarah HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) jang telah 100 tahun lamanja merupakan suatu bagian jang paling menarik dari sedjarah Geredja di Indonesia pada umumnja. Memang hanja garis-garis besarnja sadja jang dapat dibentangkan disini.

Artikel ini diambil dari : Sejarah Gereja Di Indonesia.
Oleh: Kruger, Dr. Th. Muller. 1966. Badan Penerbitan Kristen-Djakarta/sabda.org.

PEMERINTAH KABUPATEN TAPANULI UTARA

PROFIL WILAYAH
Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu dari 25 unit kabupaten salah satu dari 25 daerah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara terletak di wilayah pengembangan dataran tinggi Sumatera Utara pada ketinggian antara 300 – 1500 meter di atas permukaan laut. Topografi dan kontur tanah kabupaten Tapanuli Utara beraneka ragam yaitu tergolong datar (3.15 %), landai (26.86 %), miring (25,62 %) dan terjal (44.35 %).

Secara astronomis Tapanuli Utara berada pada posisi 1° 20’ - 2° 41’ lintang utara dan 98° 05’m - 99° 16’ bujur timur. Sedangkan secara geografis letak kabupaten Tapanuli Utara diapit atau berbatasan langsung dengan lima kabupaten yaitu, di sebelah utara berbatasan dengan kabupaten Toba Samosir, di sebelah timur berbatasan dengan kabupaten Labuhan Batu, di sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten Tapanuli Selatan dan di sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Humbang Hasundutan dan Tapanuli Tengah.

Letak geografis dan astronomis kabupaten Tapanuli Utara ini sangat menguntungkan karena berada pada jalur lintas dari beberapa kabupaten di Provinsi Sumatera Utara.

Luas Wilayah
Luas wilayah kabupaten Tapanuli Utara sekitar 3.800.3 km2 terdiri dari dataran 3.793.71 km2 dan luas perairan Danau Toba 6.60 km2. Dari 15 kecamatan yang paling luas di kabupaten Tapanuli Utara adalah kecamatan Guroga sekitar 567.58 km2 atau 14.96 % dari luas kabupaten, dan kecamatan yang terkecil luasnya yaitu kecamatan Muara sekitar 79.75 km2 atau 2.10 %.

Curah Hujan
Salah satu unsur cuaca/iklim adalah curah hujan. Kabupaten Tapanuli Utara yang berada pada ketinggian lebih dari 500 meter di atas permukaan laut sangat berpeluang memperoleh curah hujan yang banyak. Selama tahun 2004, rata-rata curah hujan tahunan tercatat 2.134 mm dan lama hari hujan 149 hari atau rata-rata curah hujan 149 hari atau rata-rata curah huajn bulanan sebanyak 178 mm dan lama hari hujan 12 hari. Dari rata-rata curah hujan bulanan tahun 2004, terlihat curah hujan tertinggi terjadai pada bulan April yaitu 284 mm dan lama hari hujan 16 hari dan curah hujan terendah pada bulan Juli yaitu 15 mm hari hujan 5 hari.

Pemerintahan
Kabupaten Tapanuli Utara secara wilayah administrasi terdiri dari 15 kecamatan. Kelima keacamatan ini terbagi dalam 214 desa dan 11 kelurahan. Kecamatan yang paling banyak jumlah desa/kelurahan yaitu kecamatan Tarutung (23 desa dan 7 kelurahan) dan yang paling sedikit jumlah desanya yaitu kecamatan Simangumban (7 desa).

Pada tahun 2004 ada pemekaran wilayah administrasi desa/kelurahan. Pemekaran wilayah administrasi ini terjadi di kecamatan Sipahutar yaiut desa Siabal-abal W.

Keadaan desa/kelurahan ditinjau dari tingkat perkembangan masih sangat memprihatinkan, dari desa 225 desa/kelurahan baru1.33 % desa/kelurahan swasembada sisanya 38.67 % desa swakarya dan 60 % desa swadaya.

Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk kabupaten Tapanuli Utara pada tahun 2004 sebesar 260.471 jiwa yang terdiri dari 129.300 jiwa laki-laki dan 131.120 jiwa peerempuan. Rasio jenis kelamin kabupaten Tapanuli Utara tahun 2004 lebih banyak dari pada jumlah penduduk laki-laki. Sedang tingkat kepadatan penduduk relatif renah, yaitu 68.66 penduduk per kilometer persegi.

Banyaknya rumah tangga tahun 2004 sebesar 55.621, dengan rata-rata anggota rumah tangga sebesar 4.68 orang. Dibandingkan adengan tahun 2003, rata-rata besarnya anggota rumah tangga tahun 2004 tidak terlalu berbeda yaitu sebesar 4.96 orang.

Mayoritas penduduk kabupaten Tapanuli Utara bergama Kristen Protestan yaitu sebesar 90.21 %, kemudian pendudk yang bergama Islam sebesar 5.23 % sedang penduduk yang beragama Katolik hanya sebesar 4.49 %.

Potensi Daerah
Kabupaten Tapanuli Utara merupakan daerah yang cukup di kawasan nusantara, terutama karena potensi alam dan sumber daya manusianya. Potensi alam antara lain luasnya lahan kering untuk dijadikan persawahan barudengan membangun irigasi. Sebahagian perairan Danau Toba yang dimiliki dan sungai yang cukup banyak untuk memanfaatkan potensinya untuk irigasi, pengembangan perikanan maupun pembangkit tenaga listrik. Keindahan alam dengan panorama khususnya Pulau Sibandang di kawasan Danau Toba di kecamatan Muara, dan wisata Rohani Salib Kasih. Kekayaan seni budaya asli merupakan potensi dalam upaya mengembangkan kepariwisataan nasional. Potensi lain terdapat berbagai jenis mencakup seperti Kaolin, Batu Gamping, Belerang, Batu Besi, Mika, Batu Bara, Panas Bumi dan sebagainya. Potensi sumber daya manusia sudah tidak diragukan lagi bahwa cukup bayak putera-puteri Tapanuli yang berjasa di pemerintahan, dunia usaha dan sebagainya.

Sesuai dengan potensi yang dimiliki, maka tulang punggung perekonomian kabupaten Tapanuli Utara didominasi oleh sektor pertanian khususnya pertanian tanaman pangan dan perkebunan rakyat, menyusul sektor perdagangan, pemerintahan perindustrian dan pariwisata. Pada era informasi dan globalisasi peranan pemerintah maupun pihak swasta semakin nyata dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah di berbagai sektor/bidang sehingga pendapatan masyarakat semakin meningkat.

INFRASTRUKTUR
Perhubungan Darat

Guna menunjang kelancaran perhubungan darat di kabupaten Tapanuli Utara telah dibangun jalan negara, jalan provinsi dan jalan kabupaten yang cukup baik dan layak dilalui kendaraan roda empat, bus maupun truk. Kondisi status dan panjang jalan di daerah ini pada tahun 2004 adalah sebagai berikut.
Kondisi / Jenis Permukaan

Disamping prasarana juga telah dibangun prasarana jembatan guna meningkatkan dan mendorong kegiatan perekonomian masyarakat di kabupaten Tapanuli Utara pada tahun 2004 mencapai 1.400.70 meter dan jembatan kabupaten 1.214.50 meter.

Perhubungan Danau
Dermaga pelabuhan terdapat di kecamatan Muara yang sampai saat ini belum mempunyai fasilitas dermaganya memadai sebagai salah satu prasarana perhubungan di sektor Pantai Danau Toba.

Pelabuhan Udara
Di kabupaten Tapanuli Utara terdapat lapangan terbang perintis yang tyerletak di Silangit kecamatan Siborong-borong. Lapangan terbang perintis memiliki luas lahan 85.10 ha, panjang landasan pacu (runway) 1.850 x 30 m, yang diperuntukkan didarati oleh pesawat kecil tipe CN 235 namun akan dikembangkan agar mampu didarati pesawat jenis F-28/Boing 737-200 dengan panjang landasan pacu direncanakan 2.500 x 50 m.

Pada tahun 2005 ini telah resmi dioperasikan rute penerbangan Medan – Siborong-borong dan sebaliknya dengan jadwal penerbangan 2 kali dalam seminggu. Peresmian pelabuhan udara ini dilakukan oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono. Dengan dioperasikannya pelabuhan udara ini para investor awkan lebih mudah menjangkau Tapanuli Utara dalam berinvestasi.

Melihat minat masyarakat yang sangat tinggi, pemerintah kabupaten Tapanuli Utara terus berupaya untuk meningkatkan frekuensi penerbangan yang direncanakan 3 (tiga) kali dalam seminggu.

Pasar
Pasar di kabupaten Tapanuli Utara diklasifikasikan dalam 3 (tiga) kelas, yaitu:
· Pasar kelas I, sebanyak 2 (dua) buah yaitu pasar Tarutung dan Pasar Siborong-borong
· Pasar kelas II, terdiri dari 6 (enam) buah, yaitu : pasar Onan Hasaung, Sarulla, Sipahutar, Pangaribuan, Garoga dan Muara.
· Pasar kelas III, terdiri dari 2 (dua) buah yaitu : pasar Simangunban dan Aek Raja

Selain pasar kelas I, II, III tersebut di atas terdapat juga pasar non kelas ataupun pasar desa yang tersebar di beberapa kecamatan.

Pos dan Telekomunikasi
Pelayanan sarana jasa pos dan giro oleh PT (Persero) Pos Indonesia telah menjangkau ke seluruh wilayah kecamatan di kabupaten Tpanuli Utara. Pelayanan sarana kantor pos yakni, 1 unit kantor pos cabang di kota Tarutung dan 10 unit pembantu yang terdapat di beberapa kecamatan. Sedangkan sarana telekomunikasi yang terdapat di daerah ini yakni Sentral Telepon Otomatis (STO) di kecamatan Tarutung dan Siborong-borong serta beberapa kecamatan rural dari Sentral Telepon Otomatis (STO), seperti : kecamatan Garoga, Pangaribuan, Sipahutar, Pagaran, Adiankoting, Muara, dan Pahae Jae. Di samping itu, beberapa kecamatan telah dapat dilayani telekomunikasi jaringan telepon selular, seperti : kecamatan Tarutung, Sipoholon, Muara, Parmonangan, Sipahutar, dan Siborong-borong. Serta warung telekomunikasi (wartel) di kecamatan.

Perbankan dan Koperasi
Untuk melayani jasa perbankan di kabupaten Tapanuli Utara terdapat beberapa bank milik pemerintah maupun swasta yang telah membuka cabangnya di daerah ini. Bank dimaksud antara lain : PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) cabang Tarutung dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) cabang pembantu Tarutung. Selain itu terdapat 6 BRI unit dan 2 unit Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang tersedia di beberapa kecamatan.

Kelistrikan
Dari jumlah 225 desa/kelurahan di kabupaten Tapanuli Utara, maka jumlah desa yang telah dialiri listrik sebanyak 216 desa atau 96 % dengan jumlah pelanggan listrik (PT Persero Perusahaan Listrik Negara) sebanyak 23.898 pelanggan yang terdiri dari pelanggan rumah tangga sebanyak 23.055 pelanggan (96.47 %) dan pelanggan dunia usaha/industri dan umum sebanyak 843 pelanggan.

Air Minum
Di kabupaten Tapanuli Utara tahun 2004 baru 5 (lima) kecamatan yaitu : kecamatan Tarutung, Sipoholon, Muara, Pangaribuan, dan Pahae Jae yang telah menikmati sumber air minum yang dikelola Perusahaan Daerah Air minum (PDAM) Mual Natis dengan jumlah pelanggan yang terbanyak adalah pelanggan kelompok rumah tangga sebanyak 4.905 pelanggan (85.29 %), pelanggan kelompok badan sosial dan instansi pemerintah sebanyak 246 pelanggan (4.28 %), pelanggan kelompok toko/industri sebanyak 528 pelanggan (9.18 %) dan lain-lain sebanyak 72 pelanggan (1.25 %). Produksi air bersih yang dihasilkan 1.691.700 m3 dengan nilai produksi air pada tahun 2004 sebesar Rp 1.055.710.000. Kapasitas air bersih yang dihasilkan PDAM Mual Natis per tahun adalah 1.691.700 m3. Disamping itu ada beberapa kecamatan telah menikmati air bersih yang dibangun oleh pemerintah maupun yang dikelola secara swadaya oleh penduduk dan perantau yang difasilitasi pemerintah daerah.

PENDIDIKAN
Peningkatan kualitas penduduk di kabupaten Tapanuli Utara setiap tahunnya terus ditingkatkan yang dilaksanakan melalui penyediaan sarana/prasarana fisik dan tenaga guru yang memadai.

Pada tahun 2004 di kabupaten Tapanuli Utara terdapat sebanyak 397 unit SD/MI dengan jumlah guru 2.553 orang dan murid sebanyak 46.571 orang. Sementara itu jumlah SMP/MTS sebanyak 60 unit dengan jumlah guru sebanyak 1.163 orang dan jumlah murid sebanyak 20.858 orang. Pada tahun yang sama jumlah SMA/MA ada sebanyak 23 unit, jumlah guru sebanyak 634 orang dan jumlah murid sebanyak 11.774 orang. Disamping itu, terdapat jumlah SMK sebanyak 15 unit, jumlah guru sebanyak 369 orang dan jumlah murid sebanyak 4.577 orang.

Jumlah universitas/akademi pada tahun 2004 yang terdapat di daerah ini sebanyak 4 buah yang terdiri dari 2 perguruan tinggi negeri yakni Akademi Kebidanan (Akbid) negeri Tarutung, denganjumlah dosen sebanyak 36 orang dan mahasiswa sebanyak 267 orang dan Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri (STAKPN) Tarutung dengan jumlah dosen sebanyak 56 orang dan jumlah mahasiswa sebanyak 1.669 orang serta 2 Perguruan Tinggi Swasta yaitu Akademi Keperawatan (Akper) dengan jumlah dosen sebanyak 18 orang dan jumlah mahasiswa sebanyak 98 orang dan Universitas Tapanuli (Unita) dengan jumlah dosen sebanyak 51 orang dan mahasiswa sebanyak 1.952 orang.

KESEHATAN
Peningkatan kualitas kesehatan di daerah ini terus dilaksanakan setiap tahunnya dimakguna meningkatkan derajat kesehatan dan usia harapan hidup.

Ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan yang memadai merupakan faktor utama dalam upaya menciptakan perbaikan kualitas kehidupan masyarakat. Rumah sakit merupakan salah satu utama kesehatan, rumah sakit umum (RSU) Swadana type B di kabupaten Tapanuli Utara pada tahun 2004 hanya ada 1 unit yang terletak di kota Tarutung, sedangkan sarana kesehatan lainnya tersebar di berbagai kecamatan, seperti Puskesmas sebanyak 18 unit, Puskesmas pembantu sebanyak 54 unit, poliklinik desa (Polindes) sebanyak 156 unit, pos pelayanan terpadu (Posyandu) sebanyak 350 unit, Apotek 6 unit dan toko obat sebanyak 24 unit, klinik bersalin sebanyak 1 unit, dan balai pengobatan swasta sebanyak 1 unit.

Tenaga medis yang terdapat di kabupaten Tapanuli Utara pada tahun 2004 cukup memadai yakni dengan jumlah dokter spesialis sebanyak 6 orang, dokter umum sebanyak 27 orang, dokter gigi sebanyak 3 orang, sedangkan tenaga medis bidan sebanyak 285 orang, perawat dan perawat pembantu sebanyak 99 orang, juru kesehatan sebanyak 18 orang dan SPRG sebanyaqk 11 orang. Disamping itu, terdapat juga tenaga medis non keperawastan sebanyak 70 orang yang terdiri dari, Akademi Gizi dan Apoteker sebanyak 12 orang, SPPH sebanyak 6 orang, SPAG sebanyak 14 orang, SMF/SAA sebanyak 10 orang dan LCPK sebanyak 28 orang.